"Syukurilah kegoblokanmu...". sms yang kukirimkan kepada beberapa teman, dan itu adalah isi update status 'Guru'ku. Dan ada seseorang teman itu membalas, "Untuk apa,". "Menurut anda?,". balasku untuk memancingnya. "Untuk menjadi lebih baik?,". balasnya setengah tidak yakin nampaknya. "Anda benar!,". gayaku meyakinkannya. "Bagaimana caranya untuk mensyukuri sesuatu yang nggak kita inginkan?,". "Dengan merelakan dan mensyukurinya, nggak setiap yang kita anggap nggak baik itu nggak baik.. contoh, aku bersyukur lahir di keluarga broken home,". aku mencoba memberi pengertian, semampuku tentu. "Ya memang, terus apa yang kamu syukuri dari semua yang terjadi di hidup kamu?,". dia kembali bertanya. "Banyak sekaliii... salah satunya, aku bahagia bisa menjadi aku yang sekarang sekarang ini,". jawabku sekenanya. "Apa yang kamu bahagiakan dari hidupmu yang seka
dan apakah kita dapat lima kali berjumpa?
BalasHapusini kata-kata khatib, atau konsep bang Andri tuk naik di atas mimbar? :p
BalasHapusBtw, tertarik dengan kata-kata ini:
"Meski Sang Penipu berbisik dengan lembut..
Meski dengan cantik disisipkan rasa jenuh.."
Dunia memang gitu ya bang. Harus hati-hati kita mah..
@air.st: InshaAllah ^^b
BalasHapus@Arya Poetra: Kata Khatib itu, saya mah makmun saja :)
BalasHapusIyaa, harus hati-hati ^^b
menilai siapa yaa? ^_^
BalasHapuskalau menilai orang tak pernah habisnya, jadi yaa menilai diri aja deh, eh.. gak nyambung, liat pra pesan coment>
senang diingatkan untuk tidak menganiaya/ mendzalimi diri. jika yang intinya ini sudah dipegang maka yang lainnya mudah dijinakkan. :)
*Muhasabah*
BalasHapusSalam kenal teman...
@Zeal*Liyanfury: Menilai diri sendiri :)
BalasHapusInshaAllah ^^b
@Erny Binsa: Salam kenal! :)
BalasHapus