Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Tidak Masalah

  Sebenarnya masalah itu tidak ada, karena semua masalah ada solusinya. Yagesya. Yang membuat masalah menjadi masalah, ya karena kita sendiri pihak yang bermasalah. Yagesya. Kebanyakan mikirin masalah, membuat lupa sama solusi masalahnya. Yagesya. Apaan sih maksud ini tulisan? Nggak ada sih, pengen cari masalah aja! Haha.

Old Soul

  Ada pihak yang untuk mengerti 'sesuatu'. Harus kesana - kemari tak tentu. Ada juga pihak yang tidak perlu semua itu. Hai, Jiwa - jiwa yang tua. Yang sudah menua sebelum usia. Apa kabar? Bisa disebut dewasa sebelum waktunya, ada juga beberapa yang dipanggil seorang yang waskita. Ada yang memang dipaksa keadaan, ada juga yang memang sudah dari sananya. Bangga? Tidak juga, karena memiliki jiwa yang tua berarti harus menjadi tempat bersandar, memikul beban yang tidak biasa. Tapi disitulah, peran yang sudah diatur oleh Yang Maha Pengatur. Jangan sampai melantur.

Membaca

  Bukan seberapa banyak buku yang kamu baca, tapi seberapa banyak kamu membaca. Entah kenapa dulu pernah nulis itu, mungkin karena dulu akses sumber bacaan agak kelabu. Tapi ada benarnya juga, bukan cuma buku yang bisa dibaca. Alam beserta isinya adalah sumber bacaan yang bisa membuat kita waskita. Ada satu buku yang kalau boleh disebut buku, tidak pernah usang dimakan waktu. Semua pertanyaan, masalah apapun dijawab dengan jitu. Membacanya membuat hati menjadi syahdu. Iya aku, kamu, tahu apa buku itu. Buku cinta dari Tuhanku, dan Tuhanmu.

Beban

  Tetaplah bernafas, walau tidak berguna. Eh, kata siapa? Minimal jadi beban keluarga. Sangat memotivasi bukan? Haha. Tapi ya begitulah, untuk generasi sandwich seperti saya. Membawa beban keluarga adalah sebuah anugerah, berkah. Ladang amal yang tidak perlu dicari, karena memang sudah datang sendiri. Tidak perlu kesana - kemari. Tetapi terkadang sulit dikenali, oleh pihak yang lupa dirinya sendiri. Untuk apa dia diciptakan di dunia ini. Prestasi puncak Khabib Nurmagomedov bukan ketika dia menang dua puluh sembilan kali. Tapi ketika resign dari octagon untuk menghabiskan waktu bersama sanak famili. Jadi ternak teri, anter anak anter istri. 😌

Semuanya Mungkin

  Tidak ada yang membatasi kemungkinan selain dirimu sendiri. Karena memang asalnya semuanya mungkin. Kuwot siapa tuh? Gue sendiri, barusan kepikiran. Keren kan? Eaaa. Kalau menengok ke belakang, hidup saya rasanya banyak tidak mungkinnya. Siapa lah saya? Anak dari desa, ijazah cuma esdua. Merantau ke Ibukota. Sekarang bisa bla - bla - bla. Sengaja tidak disebutkan, nanti jatuhnya tulisan motivasi ala - ala. From zero to hero. Ndasmu! Haha. Semuanya mungkin kalau Gusti Allah dan dirimu mengijinkan, jujur sampai sekarang pun saya masih berusaha tidak membatasi kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi di depan. Jadi, semuanya mungkin. Trust me.

Jarak

  Saat jarak ada.. Ribuan kata menjadi ada.. Saat jarak tiada.. Aku harus berkata apa? Aku adalah kamu Kamu adalah aku Satu.. Iya, itulah salah satu 'gombalan' saya ke Vidia. Bikin meleleh kan? Haha. Salah satu kata - kata yang berhasil diabadikan di blog yang suka - suka saya isinya. Tapi beneran lho, dulu waktu kami berjarak, berjauhan. Belum sah menjadi pasangan. Seakan - akan banyak kata - kata yang ingin disampaikan. Kami bisa saling berbalas - balasan kata tanpa ada kata bosan. Setelah sah menjadi pasangan, memandang wajahnya saja sudah menjadi kebahagiaan. Bukan sok romantis, karena memang ketika jarak menipis. Kata - kata menjadi habis. Canvas perlu dilukis, diwarnai dengan banyak menciptakan kenangan manis. Peace.

Masalah Dasar

  Kalau hidup terasa sempit, padahal bumi itu luas. Tujuan kesana dan kemari, selalu ada halang rintang. Dari pengalaman dan observasi saya, nggak jauh - jauh dari masalah ini : 1. Belum selesai dengan diri sendiri 2. Masalah dengan orang tua 3. Masalah dengan pasangan 4. Konflik menantu dan mertua 5. Masalah dengan saudara 6. Silahkan tambahkan di komentar 🫡 0. Ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya ( kok ini di bawah, ya kan keyakinan kita mungkin beda ) Mau konsultasi berjam - jam sekalipun, baliknya kesana - sana juga. Iya nggak sih? Iyain aja. Ini bisa siapa saja ya, termasuk saya, kamu, kita. Status pegawai, pengusaha, pekerja lepas dan lain sebagainya. Eh, sok tua lu Ndri! Emang, udah tua gue dari dulu. Old soul approved.

Sepuluh Tahun Lalu

  Tahun dimana segala ketidakberdayaan, ketidakmungkinan menjadi berdaya dan memungkinkan. Dimana kejelasan diri ini siapa dan nanti akan menghadap Dia Yang Memegang Segala Urusan ditentukan. Dimana harapan menjadi sangat jelas, jalan terbuka luas. Jawaban - jawaban terkuak pasti walau pelan perlahan. Dimana kepercayaan, konsistensi ditanam, dipupuk, lalu dijaga supaya hasilnya memuaskan dengan pihak yang berkaitan. Tahun dimana sepuluh malam terakhir Ramadhan menjadi malam - malam yang dinantikan. Oh wahai para biarawan malam.

Diri Yang Selesai

  Kalau ditanya, sudahkah kamu selesai dengan dirimu sendiri? Sudah? Masih mencari? Kalau pertanyaan itu diajukan ke saya, tentu saja sudah. Jauh - jauh hari. Memang ada tanda-tandanya, Ndri? Ada, salah satunya kamu sudah tidak mementingkan dirimu sendiri. Suka memberi. Bagaimana caranya dirimu bisa berkontribusi. Apa pun kondisimu saat ini. Minimal kepada sanak famili. Tidak perlu puja - puji, ada atau tidaknya sudah tidak penting. Pengakuan manusia sudah amat tidak menarik lagi. Karena pandanganmu sudah tidak lagi di bumi. Tapi jauh kesana, ke langit yang tinggi.

Syarat Bahagia

  Ada pihak yang bahagianya punya banyak syarat, harus begini dan begitu. Ada juga pihak yang bahagianya nggak pakai banyak syarat, cuma ini dan itu. Pilih mana? Yang nggak ada syaratnya aja. Hehehe. Eh apa ketawamu itu tanda bahagia? Ya elah ribet amat, soal ketawa aja pakai di debat. Mbok ben sih. Semua pihak punya persepsi bahagia versi masing - masing. Senang liat orang senang, bahagia liat orang bahagia. Harusnya kan gitu, ya? 😌

Belahan Jiwa

  Kamu tidak mencari aku, aku tidak pernah mencari kamu. Tapi akhirnya menjadi kita. Sepertinya saya pernah menulis itu, dan sampai sekarang kok saya masih heran. Lho? Iya, kok ada manusia lain yang mau - maunya hidup dengan manusia kek saya? Ganteng tidak, jelek tidak. Manusia rata - rata lah. Kaya tidak, fakir juga tidak. Cukup lah. Banyak kurangnya, sedikit lebihnya. Setidaknya itu sudut pandang saya, entah apa sudut pandangnya. Saya pernah minta dia nulis tentang saya, tapi eman katanya. Hidden Gems. Nanti viral. Wkwkwwk. Eh, ada sih sedikit di platform sebelah. Quora. Tapi mungkin itulah yang namanya belahan jiwa. Sudah ditakdirkan jauh, sangat jauh disana. Hei kamu, Vidia. Terima kasih ya! Sampai disana.

Cerita Bahagia

  Kapan kita merasa bahagia? Diih, kita? Elu aja kali. Ok. Ketika mencapai dari titik A ke B? Bisa beli ini itu? Punya ini atau itu? Pergi kesana - kesitu? Senang ini senang itu? Bisa begini dan begitu? Iya, bahagia. Sesaat. Tenang. Memang bukan disini tempatnya bahagia, tapi masih bisa dicicil sedikit demi sedikit untuk disana. Dengan peduli dengan keluarga, tetangga, saudara. Yang sakit, yang kesepian, yang terdesak kebutuhan. Bukan bahagia memang, tapi setidaknya hidup jadi tenang. Cerita bahagianya? Nanti disana. Semoga.

Cerita Sedih

  Kalau mau adu stok cerita sedih, hayuuk! Tapi kok yak semakin bertambah umur dan sudut pandang, justru cerita sedih itu bukan lagi tentang kesedihan. Malah mengarah ke genre komedi, bahkan! Heran. Selebihnya menuju ke kesyukuran. Terima kasih, Tuhan. Kalimat, tragedi di hari ini akan menjadi komedi di kemudian hari. Valid. Skenario Tuhan memang paling wahid. Jadi, mana cerita sedihnya? Nggak ada, haha.

Memaafkan, Tidak Melupakan

Lelaki adalah dia yang bisa dipegang kata - katanya. Salah satu kalimat dari Ibu yang selalu berusaha saya terapkan dalam menjalankan peran di kehidupan. Dan agaknya itu menjadi standar nilai yang diam - diam saya pegang dalam menilai seseorang. Siapapun dia. Beneran siapapun. Ketika nilai itu dilanggar dan saya tahu, runtuh sudah persona, reputasi siapapun itu. Saya bisa dengan mudah memaafkan, tapi tidak melupakan. Saya akan membuang jauh-jauh interaksi dengan siapapun itu. Kan ada namanya kesempatan kedua? Taubatan nasuha? Lha, saya kan manusia. Bukan Tuhan. 😌