Langsung ke konten utama

Postingan

Ulang Tahun

  Dalam perjalanan ke suatu tempat untuk mensyukuri umur yang telah diberikan. Istri bertanya, bagaimana perasaan saya melaluinya. Ntar, kalau udah nyampe tempatnya. Kalau diceritakan disini kamu paling jawab, oh iya, Iya ya, ok. Pura - pura dengar, padahal mah sliwer kena angin. *Naek motor gaes soalnya hehe Dah nyampe ceritanya, baru saya jawab begini. Kamu ingat waktu kita salah turun stasiun di Matraman ? Ada ukhti gemes nanya rute, dan dia manggil Abang , Pak, bukannya kak. Mak deg, di momen itulah Abang merasa sudah, ah ya begitulah. Sudah sampai di level ini ternyata. Makin banyak tanggung jawab dan amanah, yang sebisa mungkin Abang tunaikan dengan sebaik - baiknya. Dan tentu, apa pun hasilnya. Terserah Gusti Allah saja. Terima kasih juga kamu sudah jadi support system yang baik, setia apapun keputusan yang Abang buat, yang syukur Alhamdulillah juga sebentar lagi salah satu 'life goal' terbesar Abang terlaksana. Oh jadi elo sekarang ulang tahun Ndri? Iya kemaren. Nggak ...

Tentang Rumah

  Ini adalah salah satu bahasan ketika JJP / JJS bareng Emak , bahwa masih ada saja tetangga yang nyinyir dengan pilihan saya ketika memilih kontrak rumah dari awal menikah. Berikut list-nya, ya saya sih bodo amat tapi sama nggak sih dengan kamu yang sesama kontraktor? *pinisirin - Kenapa nggak tinggal bareng aja sih bareng mertua, lebih hemat. - Daripada ngontrak kan mending duitnya buat DP KPR . - Gaya bet dah. Saya jawab begini, ke Emak : - Kan Emak yang nyuruh, biar bisa berdaulat atas rumah tangga saya sendiri. Doain nanti beli cash. - Yah, gimana dong. Saya kan pengen santai, nggak ribet hidup tiap hari mikirin cicilan. - Lah. Saya kan berhak milih, nyaman aman tentram. Lingkungan kondusif, dan yang paling penting dekat Masjid . Gitu kira - kira. Yah, bagaimanapun emang hidup kita yang jalanin, pasti ya dikomentarin. Emang ya, hidup santai di era sekarang adalah sebuah kemewahan.

Beban

  Yang, semakin banyak beban kok kamu malah melebar sih? Mikirin A, B, C - Z. Bukannya kurus, ceking. Lah, kan ada kamu. Belahan jiwaku. #eaaa Ya, kira - kira begitu dialog random saya dengan istri suatu sore atau pagi, saya lupa tepatnya. Dan Ini jawaban versi lengkapnya, Lah emang Abang pikirin semuanya? Mbledhos ndase. Abang kan cuma perantara saja, perannya ya begitulah. Kamu tahulah. Tak pernah khawatir, karena apa yang menjadi hak kita, bagaimanapun semuanya akan sampai. Mbuh, piye carane. Sing penting yakin. Foto : Di suatu hari, ke stasiun Manggarai buat jajan oden terus balik lagi. Sungguh random sekali.

Celana Cingkrang

  Masih ngomongin outfit, jauh sebelum ada trend bahwa celana cingkrang dinisbatkan ke kelompok tertentu, saya sudah menyukainya. Kenapa? Waktu itu, awal saya masuk Tsanawiyah . Masih banyak lalainya, haha hihinya. Lagi nongkrong di pertigaan jalan, dari Ashar menjelang Maghrib. Eh, tiba - tiba disambangi pria bersurban, dengan yak memakai celana agak cingkrang. Tapi, raut wajahnya teduh. Ramah full senyum. Nggak kek sekarang, eh. Nanti saya jelaskan di bawah hehe Pria bersurban ini saya tahu belakangan, bagian dari usaha dakwah Jama'ah Tabligh . Iya, saya tersentuh dengan model penyampaiannya. Skip, mulai dari situ saya suka celana cingkrangnya, ringkas dan nggak ribet sepertinya. Pernah setelah usia lulus Tsanawiyah saya pengen model celana saya cingkrang semua, kebetulan ibu saya penjahit, juga guru di sebuah tempat kursus jahit menjahit di Jakarta. Jadi gampang kan? Tinggal potong saja kelar urusan. Eh, tapi karena waktu itu, stigma celana cingkrang lekat dengan 'teroris r...

Kaos Oblong, Celana Sarung dan Sandal Swallow

  Masih pengen bahas tentang outfit . Tapi timeskip sebelum saya menikah. Seperti terlihat di gambar. Kurang lebih seperti itu outfit saya kemana - mana sejak Oktober 2015. Eh, kalau yang itu sudah resmi pacarannya ya. Entah kenapa istri saya ya kok mau saja ya ngeliat calon imannya modelan begitu. Nggak fashionable blas, loveable apalagi instagramable . Dari pertama bertemu di Islamic Center Bekasi , sampai mengantarkan dia balik ke Jambi . Kok ya masih tetap keukeh ya? Ternyata dia sudah mengemban misi, ketika saya tanya kemudian hari. Akan mengubah tampilan saya pelan - pelan, dan yak akhirnya berhasil sih. Hiks, runtuh sudah idealisme. Tapi pointnya, Hai jiwa - jiwa yang separuh.. Entah bagaimana absurdnya kamu saat ini, percayalah sudah ada calon yang menanti. Entah di dunia ini atau masih dalam proses sertifikasi.

Kesaktian Outfit

  Akhirnya saya membuktikan juga sore ini. Eh, tapi bukan tentang berapa harga outfit, yang muraaaaah banget itu. Tapi, tentang hoodie gojek yang jadi baju baru lebaran saya tahun ini. Tapi sebelumnya saya harus cerita dulu asal muasal kenapa saya beli itu hoodie. Dan tentu saja dimulai dari saya memutuskan untuk mengganti motor bensin ke motor listrik . Lah? Jauh bener.  Iya, karena itu motor belum punya STNK . Mau didaftarkan kok masih mahal, setengah dari harga baterai lithium-ion . Jadi tanpa plat sama sekali, sudah kesana kemari dan tertawa hahaha ( bebas pajak ) Jadi setelah riset, termasuk waktu kemarin bukber saya nanya senior yang menjadi driver sebagai kamuflase.  Biar anti tilang di jalanan Bekasi yang panas dan keras. Saya memutuskan beli hoodie dengan logo gojek . Dan sore ini saya membuktikannya, bukan ditilang sih. Cuman anti parkir aja. Lokasi di franchise ayam pedas pakai keju R Factory . Tumben - tumbenan itu babang parkir nggak noleh sama sekali, wak...

Bukber

  Inilah event buka bersama terjauh Ramadhan ini. Gimana nggak, Bekasi - Tangerang Selatan balik lagi Tangerang Selatan - Bekasi, sudah keliling bumi. Berangkat jam dua siang, sampai setengah lima. Tak mengapa, demi silaturahim katanya. Pulang jam sembilan sampai rumah setengah dua belas. Fiuhhh. Tak mengapa, jadi dapat banyak cerita. Dari yang lagi asik mainan baterai sampai yang buat sekolahan sendiri karena si buah hati yang extraordinary. Dan ini points paling penting, Penerimaan total . Berikut pernyataan dari beliau - beliau. 1. Saya mah Whe, nggak ngotot - ngotot amat nyari orderan. Datang dilayani, nggak ada ya 'main yang lain'. 2. Lah, apa sih yang dicari sih Ndre, saya nggak mau pusing. Yang penting semua cukup, sudah Alhamdulillah . Udah dua aja, dan udah gitu aja.

Itikaf

  Pengalaman saya pertama itikaf dimulai di Ramadhan 2013. Dan jujurly, sangat berkesan. Bisa dibilang sebagai titik balik kedua dalam hidup. Dimulai dari saya yang sendirian, seorang jomblo waktu itu. Dikelilingi aki - aki selama sepuluh hari. Bisa kebayangkan ilmu, pengalaman apa saja yang saya dapatkan? Hehe. Sejak itikaf, saya sudah tidak kebelet lagi harus pulang kampung , karena sebelum Ramadhan sudah pulang duluan. Beli baju lebaran ? Alhamdulillah , sebelum, di awal atau di tengah Ramadhan urusan itu sudah rampung sekalian. Ditambah sekarang budaya kirim hampers , pasti sebelum itikaf sudah ditunaikan. Yang belum dapat kiriman dari saya, berarti paketnya masih nyangkut di ekspedisi, tungguin ya   Itikaf itu menyepi, mendekati pemilik langit dan bumi . Jadi, kalau Engkau adalah laut. Apakah aku masih butuh air?

Unlimited

      Satu tambah satu sama dengan dua Itu beda dengan Satu tambah berkah, sama dengan.. Unlimited.  

Bicara Anak

  Waktu masih jomblo, pertanyaan yang paling sering saya dapatkan pastinya, Kapan nikah? Banyak sejarah pembullyan, shitposting di timeline saya, dan pasti komentar selalu ramai Setelah menikah, pertanyaannya berganti, dan tentu saja sudah bisa ditebak. Sudah punya anak belum? Dan perkara pertanyaan ini sudah lumrah sekali di masyarakat Indonesia yang ramah tamah, tepo sliro, gemah ripah lohjinawi. Syukur alhamdulillah, Gusti Allah belum ngasih saya amanah dan titipan, rezeki dalam bentuk seorang anak. Kalau dalam bentuk lain, buanyak. Tapi ada juga pernyataan yang bisa bikin sakit hati, terutama untuk istri. Semacam ini, - Buat apa duit banyak, kalau bukan buat anak. - Tinggal berdua aja, ngurusin kucing. Nggak sepi emang. - Dan seterusnya.. Tapi untuk saya pernyataan seperti itu mah, fine - fine aja. Bodo amat, saya kan cuma peserta. Peserta dalam ujian-ujian, yang kebetulan salah satu soalnya tentang menunggu.. Seperti Ibrahim dan Sarah merindukan Ismail . Yang kemudian menyu...

Biasa Saja

  Iya, saya merasa biasa saja. Saya merasa semua pencapaian, kalau bisa disebut pencapaian ya. Effortless . Yang keliatan dakik - dakik itu, menurut orang yang sudah saya tanya. Saya nggak merasa terlalu banyak berusaha. Masa sih? Iya, saya cuma menjalani, melakukan, jatuh, bangun, duduk, berdiri, lari. Ya, cuman gitu - gitu aja rasanya. Tapi kok bisa? Iya, saya percaya semua yang terjadi dari awal dan kini karena.. Doa ibu saya , dan tentu saja ridhanya .

Bodo Amat

  Bukan bermaksud tidak peduli, tapi memprioritaskan hal apa yang perlu menjadi perhatian. Mungkin kalau saya nggak begitu, saya saat ini masih jadi, tukang ngecat tembok , jualan pulsa , atau mamang nasi goreng . Yang semuanya nggak ada salahnya sih Tapi kan saya punya kecenderungan pingin rebahan, banyak uang dan bermanfaat bagi banyak orang. Jadi dulu, saya bodo amat sama nyiyiran, cibiran, sindiran dan an - an lainnya. Saya menikmati, fokus berproses untuk menggapai kecenderungan saya diatas. Jadi, udah dapat belom? Untuk rebahan Banyak uang ( cukup aja kali ya bahasanya ) Bermanfaat bagi banyak orang? Entahlah. Bodo amat, saya kan cuma peserta. Peserta Rapat. Foto : Bundaran Harapan Indah , kala itu.