Langsung ke konten utama

Setan, baik?!..

Sebuah pesan pendek dari nomer tak dikenal masuk ke inbox saya, dan isinya berupa wejangan yang mulia.
Karena penasaran ingin tahu siapa pengirimnya saya balas :
Saya : Siapa yaa?
Balas : Setan!
Saya : Ohh, setan.. salam kenal, neraka gimana, aman? ( sekalian saya kerjain )
Balas : Aman.( jawabnya pendek saja )
Saya : Masih kurang ga?
Balas : Masih kurang satu! ( jawabnya, terasa sekali dia mulai kesal.
Saya : Ohh..
Akhirnya, dia enggan membalas lagi.. uppzz! saya lupa berterima kasih, dan nggak lama kemudian saya mengirimkan pesan lagi yang isinya :
LUPA, TERIMA KASIH ATAS NASEHATNYA. JARANG-JARANG ADA SETAN YANG MAU MENGINGATKAN :)

Dan saya pun menerima akibat dari sikap saya keesokan harinya, HP hilang entah kemana.
Apa setan nggak terima yaa?

Komentar

Posting Komentar

7 Hari Banyak Dilihat

Di Balik Konspirasi

Memohon perlindungan dari fitnah darinya.. Di setiap akhir sujud sembah.. Tapi bagaimana? Paranoid, asing, aneh, kuno bla bla bla.. Alergi, phobia bla bla bla.. Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: "Sukakah aku ceritakan kepadamu tentang Dajjal, yang belum diberitakan oleh Nabi kepada kaumnya. Sungguh Dajjal itu buta mata sebelahnya dan ia akan datang membawa sesuatu yang menyerupai syurga dan neraka, adapun yang dikatakan syurga, maka itu adalah neraka. Dan aku memperingatkan kalian sebagaimana Nabi Nuh a.s memperingatkan kepada kaumnya."

Wejangan Pernikahan

  Nikah bukan sekedar nikah, bukan sekedar melepas bujang, mengganti status. Ada yang harus diperjuangkan dalam menikah. Harus semakin dekat dengan Allah, kalau semakin jauh dalam pernikahan harus dievaluasi pernikahannya. Semalam sebelum akad beberapa tahun ke belakang, kalimat diatas masuk ke aplikasi pesan dari seseorang. Sebuah bekal, yang ternyata sampai saat ini tetap relevan. Karenanya saya teruskan, baik untuk yang belum dan sudah mengarungi bahtera pernikahan. Karena dalam pernikahan, semua pasangan punya ujian. Dari harta, anak, orang tua, mertua, saudara dan lain sebagainya. Bahkan, termasuk diri sendiri juga ujian bagi pasangan. Maka harus melihat akhirnya, in the end. Makin dekat atau malah menjauh dari-Nya. Jadi, bagaimana?

Pengkhianat

Aku tidak mau menjadi pengkhianat.. Maka sebisa mungkin aku menerapkan aturan-aturan Sang Utusan.. Aku tidak mau menjadi pengkhianat.. Maka sebisa mungkin aku menjaga diri agar tetap terjaga.. Aku tidak mau menjadi pengkhianat.. Maka sebisa mungkin aku tidak gelap mata, kalap terhadap harta.. Aku tidak mau menjadi pengkhianat.. Maka sebisa mungkin aku menjalankan tugas sebaik-baiknya, dimana aku menjadi pemimpin di dalamnya.. Aku tidak mau menjadi pengkhianat.. Maka sebisa mungkin aku menjaga pergaulanku dengan wanita, membuat sekat-sekat yang semestinya ada..

Siapa?

Ini pertanyaan menarik, dan saya sudah selesai dengan diri sendiri sejak umur 20-an. Saya juga sempat 'galau' ketemu orang takut, minder, tidak percaya diri di usia sehabis menyelesaikan pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah. Terus gimana caranya? Mulai dari pertanyaan, kita ini siapa dan mau kemana? Dan saya akhirnya menjalani apa saja yang ada di depan saya saat itu, apa saja. Beneran. Pada suatu titik saya menemukan apa yang saya sukai, lalu tekuni. Karena setiap kita punya kecenderungan, ini sudah ditulis sebelum kita lahir, jauh disana.   Dan saya tercerahkan dengan penjelasan 'seseorang' dengan perkataan ini :   Kita mau menghadap Tuhan nanti sebagai apa? Presiden? Orang yang mengambil tanggung jawab dalam keluarga ? Orang yang mengurusi urusan orang banyak? Orang biasa saja yang penting tidak merugikan orang lain? Dan lain seterusnya…. Udah, gitu aja. 😌

Omong Kosong

Bicara omong kosong itu murah, tapi bicara omong kosong yang kamu yakini dan perjuangkan itu tak ternilai. Bukti? Banyak, cuman saya mau kasih dua saja. Sebelumnya, bisa di zoom kalau nggak kebaca ya.. hehe.     Sesudahnya,     Sebelumnya juga,     Sesudahnya, Dah, gitu aja. Mumpung lagi kepikiran.

Dasar! anak kemarin sore...

Apa definisi sastra itu? Aku tak tahu, juur aku goblok tentang itu.. Aku menganggapnya sebagai tempat untuk menuang perasaan.. Benar? mungkin juga salah.. Aku benar goblok kan? Dalam dunia tulis-menulis itu ada ilmunya, apa kau tahu? Yaah mungkin, tapi benar aku tak tahu.. Aku menulis apa saja yag ada di hati dan kepala.. Aku luapkan, tuangkan hingga batas kemampuan aku mengungkapkannya.. Tanpa mempedulikan aturan menulis itu, bebas.. Dasar! anak kemarin sore, bisa apa kau bicara tentang itu.. Serapahmu?..

Learn

Dalam sepi, belajarlah.. Dalam ramai, belajarlah.. Telan! Muntahkan!.. Sepi tertelan.. Penuh ramai makna, muntahkan.. Dan engkau akan tahu artinya lega.. Dan engkau akan belajar mengambil mana yang emas mana yang sampah belaka..