Skip to main content

Posts

Lapang Dada

Kau harus bisa, bisa berlapang dada.. Kau harus bisa, bisa ambil hikmahnya.. Stop! Nggak usah nyanyi. 🫡 Tanda kesempurnaan jiwa adalah kita sudah berlapang dada. Tidak iri, dengki, hasad dengan kemuliaan manusia lainnya. Pencapaian orang lain bahasa sederhananya. Hilang semua hal yang menjadi sekat, penghalang dengan semua bentuk kebaikan. Gampang menerima hidayah bahasa agamanya. Menerima semua peristiwa negatif yang terjadi dalam kehidupan, dengan reaktif. Karena menjadi reaktif, tidak gumunan tidak kagetan. Memberikan sebuah jeda. Jeda untuk menganalisa, kira - kira apa maksud Tuhan dengan ini peristiwa? Lalu, sebagai hamba menerima tanpa kecewa.  

Hidup Sebagai Raja

Pernah 'ngeh' nggak kalau hidup kita saat ini lebih enak daripada seorang Raja di masa Renaissance? Cem mana tuh? Cek deh jumlah baju, punya sepatu, kasur yang empuk. Kemewahan bagi seorang Raja di masa itu, bisa kita nikmati saja, begitu. Terus kenapa? Bayangin aja kalau Raja - Raja di masa Renaissance itu di Edo Tensei ( buat yang nggak tahu, ini salah satu jutsu / jurus di anime Naruto yang membangkitkan orang mati ). Betapa kagetnya mereka, bayangin reaksinya melihat kehidupan kita sehari-hari yang kelihatan biasa saja. Kemudahan yang kita miliki kini, sering tidak disadari. Membuat kita, lupa sejenak untuk bersyukur betapa kehidupan kita sehari-hari yang biasa ini, adalah kemewahan bagi seorang Raja di belakang hari.

Unpopular Opinion

  Hmm, menarik, banyak banget opini tidak populer di masyarakat yang telah dan sedang saya kerjakan. Saya ceritakan beberapa saja ya! 1. Belajar tidak harus di Sekolah Ini sebenarnya, karena dipaksa keadaan saja sih. Haha. Alam memaksa saya belajar dimana pun dan dari siapa pun, selalu ada hikmah dan pelajaran. 2. Menikah tidak harus mewah Ini juga pilihan yang kurang populer, apalagi sebelum plandemic covid sembilan belas. Meskipun mampu, tapi saya dan calon istri sepakat waktu itu menikah dengan sederhana, cukup akad, makan - makan, undang teman - teman terdekat. 3. Liburan tidak harus di hari libur Ini mungkin sebuah privilege, bisa demikian dikarenakan pekerjaan yang saya tekuni tidak membutuhkan kehadiran di kantor, seperlunya saja saat jadi peserta rapat. Jadi bisa demikian. Kan enak ya, destinasi wisata biasanya sepi, jadi lebih menikmati. 4. Malas adalah sebab kerajinan di awal Benar nggak ya? Karena saya pemalas, jadi saya dipaksa rajin untuk nanti bisa memenuhi r...

Keberkahan

      Ini satu poin dari khutbah Jum'at yang sayup - sayup saya ingat tadi siang. Kok cuma satu? Ada saja sudah alhamdulilah. 😌 Apa tandanya hidupmu penuh dengan keberkahan? Apapun kondisinya, lapang atau sempit, sehat atau sakit, kaya ataupun miskin. Engkau semakin dekat dengan-Nya. Silahkan di cek, saya juga ngecek soalnya. Jangan - jangan ada salah langkah dalam pengambilan keputusan, pilihan - pilihan. Yang malah membuat kita menjauh dari-Nya. Karena bukan Dia yang punya potensi menjauh, tapi kita sebagai hamba yang kadang terpengaruh, terbisik, tergelincir oleh Sang Pembisik yang cerdik. "Ia tidak akan membiarkanmu lari dari-Nya, Ia akan menyimpan hatimu dalam hati-Nya, siang dan malam,". Baha'i Walad.

Belajar Ngaji

  Di tahun lalu, tepatnya bulan Januari saya mulai aktivitas baru setiap hari Senin dan Rabu jam sepuluh. Sesuai judul, belajar ngaji 'lagi', membaca Al Qur'an sesuai hak - hak hurufnya. Bagaimana dia dibaca sebagaimana mestinya. Serem yak? Awalnya iya, apalagi bagi seseorang yang dari kecil Iqra jilid enam saja nggak tamat - tamat. Tapi syukur alhamdulilah, kok saya enjoy ternyata. Selain memang yang dipakai metodenya beda dari Iqra, ustadz pengajarnya nggak killer - killer amat kek Guru matematika. Haha. "Kita belajar bukan cepet - cepetan tamat, tapi bagaimana kita bisa membaca firman-Nya sesuai asalnya, hak - hak hurufnya. Walau nanti ada yang kurang, tidak mengapa. Yang penting usahanya, effort-nya, berpahala'". Begitu katanya yang sering diulang-ulang di awal - awal pertemuan. Wajar sih, kan satu kelasnya maximal ada delapan sampai sepuluh orang, usia paling muda di kelas saya tujuh belas, paling tua enam puluh keatas. End of the day, di semester dua bul...

Sepuluh Tahun Lalu

  Hmm, saya mau berterima kasih kepada diri saya sendiri, sepuluh tahun lalu tentang; 1. Terima kasih banyak atas keyakinanmu menentukan pilihan. 2. Terima kasih banyak atas keberanianmu mencoba banyak hal baru, mesti terkadang agak sedikit kecewa dengan hasilnya, tapi tak ada penyesalan. 3. Terima kasih banyak karena telah menjaga dirimu dengan baik, sampai akad mempertemukan belahan jiwamu. 4. Terima kasih banyak karena telah memberikan sahabat yang menerima siapa dirimu. Tidak banyak memang, tapi mereka tulus berteman denganmu. 5. Terima kasih banyak atas dimulainya kebiasaan 'uzlah'mu dari hiruk pikuk dunia di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Terima kasih banyak ya! Terima kasih, terima kasih. Masih banyak yang belum disebutkan, tapi kirinya cukup demikian saja yang perlu diceritakan. See ya!

Melibatkan-Nya

  Berdagang, bekerja adalah sarana melatih tawakal. Menceburkan diri kepada ketidakpastian, mau tidak mau akan mencari tempat bergantung, berkeluh. Mereka yang nekat berdagang, tekun bekerja, berani merelakan tabungannya, akan ketar - ketir lalu khusyuk berdoa. Momen kelemahan, keberserahan ada di dalamnya, hal - hal diluar kendali yang membuat kita mau tidak mau melibatkan-Nya. Pernah, Ndri? Sering! Haha.

Wejangan Pernikahan

  Nikah bukan sekedar nikah, bukan sekedar melepas bujang, mengganti status. Ada yang harus diperjuangkan dalam menikah. Harus semakin dekat dengan Allah, kalau semakin jauh dalam pernikahan harus dievaluasi pernikahannya. Semalam sebelum akad beberapa tahun ke belakang, kalimat diatas masuk ke aplikasi pesan dari seseorang. Sebuah bekal, yang ternyata sampai saat ini tetap relevan. Karenanya saya teruskan, baik untuk yang belum dan sudah mengarungi bahtera pernikahan. Karena dalam pernikahan, semua pasangan punya ujian. Dari harta, anak, orang tua, mertua, saudara dan lain sebagainya. Bahkan, termasuk diri sendiri juga ujian bagi pasangan. Maka harus melihat akhirnya, in the end. Makin dekat atau malah menjauh dari-Nya. Jadi, bagaimana?

Jum'at Terakhir

Pernah liat atau dengar ceramah, nasihat, booster, mungkin lagi scroll timeline terus isi materinya itu kita banget, di momen memang kita membutuhkanya? Pernah kan ya? Saya yakin 100 persen jawabannya pernah. Karena memang sesayang itu Dia, ngasih tanda dimana - mana. Dan itu termasuk nikmat dari-Nya juga. Persis seperti isi khutbah Jum'at kemarin, tumben sekali saya tidak micro sleep terus jadi deep sleep. Bahwa kalau kita menghitung nikmat-Nya, tidak akan pernah ada hasil dari jumlah bilangannya. Kalau pun lautan menjadi tinta, dan ranting-ranting pohon di seluruh dunia ini menjadi pena. Terus kenapa title post ini Jum'at Terakhir? Karena saya sudah lama tidak mendengar perkataan imam Jum'at yang berkata sebelum shalat dilaksanakan : Lurus dan rapatkan shaf, Jum'at ini, Jum'at terakhir kita. Semua jamaah terdiam, bahkan anak - anak kecil yang biasanya punya 'kegiatan tersendiri'. Tidak ada kegiatan di momen itu, khusyuk. Mungkin perkataan Jum'at Terakh...

Omong Kosong

Bicara omong kosong itu murah, tapi bicara omong kosong yang kamu yakini dan perjuangkan itu tak ternilai. Bukti? Banyak, cuman saya mau kasih dua saja. Sebelumnya, bisa di zoom kalau nggak kebaca ya.. hehe.     Sesudahnya,     Sebelumnya juga,     Sesudahnya, Dah, gitu aja. Mumpung lagi kepikiran.

Jangan Sampai

Kurang apa Ibrahim alaihissalam.. Dalam mencari-Nya? Di tengah penyembahan berhala yang dia sendiri diciptakan tak dapat menciptakan. Kurang apa Ibrahim alaihissalam.. Memohon ampunan untuk Azar, 'bapak'nya yang bersebrangan keyakinan? Kurang apa Ibrahim alaihissalam.. Menanti, bersama Ibunda Sarah puluhan tahun menanti keturunan? Kurang apa Ibrahim alaihissalam.. Ketika sudah lahir Ismail alaihissalam dari Ibunda Hajar, justru diperintahkan ditinggalkan di Padang Tandus tempat bermulanya air Zamzam? Kurang apa Ibrahim alaihissalam.. Ketika usia remaja, melalui mimpi yang benar. Ismail alaihissalam diperintahkan harus dikurbankan? Tidak, tidak ada kekurangan. Beliaulah kekasih-Nya.. Suri tauladan bagi kita umat sesudahnya, yang kita ketahui kisahnya lewat firman-Nya.. Jadi, jangan sampai ada di fase kehidupan kita, berburuk sangka kepada-Nya. Foto, Mina & Tempat Penyembelihan Ismail alaihissalam, Mei 2016.

Terima Kasih

Hamba tahu, Tuan.. Dihadapan-Mu tidak ada kemustahilan.. Hamba juga sangat mengerti, tapi tetap saja iri.. Karena kekasih Tuan sudah meninggalkan perkataan abadi.. Iri tidak diperbolehkan kecuali terhadap dua orang.   Hamba juga tahu diri, seberapa kapasitas yang hamba miliki.. Betapa banyaknya kesalahan - kesalahan, yang hamba ketahui dan tidak disadari.. Jadi, Tuan.. Terima kasih.