Langsung ke konten utama

Apa Yang Membuat Anda Bahagia?

Seperti biasa, ketika waktu senggang saya mencari bahan untuk merenung. Lalu ambil handphone tulis pesan :


Apa Yang Membuat Anda Bahagia? 




Lalu saya kirimkan secara massal kepada teman-teman dekat, lalu apa pembaca ingin tahu jawaban mereka? Atau jangan-jangan sekarang sedang bepikir :

Apa Yaa Yang Membuat Saya Bahagia?

Baiklah, saya kutip selengkapnya isi balasan-balasan para sahabat saya dengan tidak mencantumkan nama mereka, We Are Anonymous! :D




Anonymous I : Ada angin apa tanya-tanya begini, Ndri? Jawabannya banyak, mulai dari hal-hal kecil sampai besar. Lagian kalau Ane jawab ente bisa kabulin nggak? :P

Anonymous II : Semuanya

Anonymous III : Saat kulihat orang-orang yang kusayang tertawa bahagia

Anonymous IV : Sukses, Sebelum orang tua dipanggil Yang Maha Kuasa

Anonymous V : Apa pun hal yang aku lakukan berbuah manis dan tercapai

Anonymous VI : Banyak :), Tapi kok bingung yah :D

Anonymous VII : Banyak :)


Lalu apa versi, Apa Yang Membuat Anda Bahagia? versi pembaca?
Silahkan tuangkan di komentar, kalau versi saya sih tetep rahasiaaaaaa!!! :D

Komentar

  1. Hyyyaaaaa... kalau gitu saya rahasia jugak. Hahaha...

    *kabur sebelum di palakin jawaban :))

    BalasHapus
  2. @armae: Padahal akan saya jawab, kalau banyak yang minta di kolom komentar, tapi ya sudahlah :D

    #ngeles

    BalasHapus
  3. bahagia itu yang pasti bersumber dalam hati kita ya. bahagia dari dalam itulah bahagia yang sesungguhnya. bahagia tiap orang relatif . ada yang bahagia saat punya uang banyak ada juga yang bahagia saat berkumpul dengan keluarga.

    kalo menurut aku, bahagia adalah saat kita melihat orang yang kita sayangi senang dan tertawa.
    bahagia saat memberi dan melihat orang yang diberi senyumm =D

    BalasHapus
  4. @Nadya Maisarah Nur: Ini komentar yang saya tunggu-tunggu, terima kasih.... ^^b

    Baiklah, apa ayang membuatmu bahagia?
    Iman, jawaban saya... walau pun seluruh dunia ini hilang atau disuguhkan semuanya kepada saya, iman lah yang membuat saya bahagia :)

    BalasHapus

Posting Komentar

7 Hari Banyak Dilihat

Sepuluh Tahun Lalu

  Hmm, saya mau berterima kasih kepada diri saya sendiri, sepuluh tahun lalu tentang; 1. Terima kasih banyak atas keyakinanmu menentukan pilihan. 2. Terima kasih banyak atas keberanianmu mencoba banyak hal baru, mesti terkadang agak sedikit kecewa dengan hasilnya, tapi tak ada penyesalan. 3. Terima kasih banyak karena telah menjaga dirimu dengan baik, sampai akad mempertemukan belahan jiwamu. 4. Terima kasih banyak karena telah memberikan sahabat yang menerima siapa dirimu. Tidak banyak memang, tapi mereka tulus berteman denganmu. 5. Terima kasih banyak atas dimulainya kebiasaan 'uzlah'mu dari hiruk pikuk dunia di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Terima kasih banyak ya! Terima kasih, terima kasih. Masih banyak yang belum disebutkan, tapi kirinya cukup demikian saja yang perlu diceritakan. See ya!

Siapa?

Ini pertanyaan menarik, dan saya sudah selesai dengan diri sendiri sejak umur 20-an. Saya juga sempat 'galau' ketemu orang takut, minder, tidak percaya diri di usia sehabis menyelesaikan pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah. Terus gimana caranya? Mulai dari pertanyaan, kita ini siapa dan mau kemana? Dan saya akhirnya menjalani apa saja yang ada di depan saya saat itu, apa saja. Beneran. Pada suatu titik saya menemukan apa yang saya sukai, lalu tekuni. Karena setiap kita punya kecenderungan, ini sudah ditulis sebelum kita lahir, jauh disana.   Dan saya tercerahkan dengan penjelasan 'seseorang' dengan perkataan ini :   Kita mau menghadap Tuhan nanti sebagai apa? Presiden? Orang yang mengambil tanggung jawab dalam keluarga ? Orang yang mengurusi urusan orang banyak? Orang biasa saja yang penting tidak merugikan orang lain? Dan lain seterusnya…. Udah, gitu aja. 😌

Lima

Aku tidak mau menganiaya diriku sendiri, maka aku datang kerumah-Mu.. Aku tidak mau menganiaya diriku sendiri, maka aku selalu berusaha prioritaskan pertemuan dengan-Mu.. Meski Sang Penipu berbisik dengan lembut.. Meski dengan cantik disisipkan rasa jenuh.. Aku tidak mau menganiaya diriku sendiri, maka aku memohon rahmat dan ampunan-Mu.. Karena aku tahu, aku bukan apa-apa tanpa-Mu.. Inspired by : Khatib Image by : Mike Robinson

Wejangan Pernikahan

  Nikah bukan sekedar nikah, bukan sekedar melepas bujang, mengganti status. Ada yang harus diperjuangkan dalam menikah. Harus semakin dekat dengan Allah, kalau semakin jauh dalam pernikahan harus dievaluasi pernikahannya. Semalam sebelum akad beberapa tahun ke belakang, kalimat diatas masuk ke aplikasi pesan dari seseorang. Sebuah bekal, yang ternyata sampai saat ini tetap relevan. Karenanya saya teruskan, baik untuk yang belum dan sudah mengarungi bahtera pernikahan. Karena dalam pernikahan, semua pasangan punya ujian. Dari harta, anak, orang tua, mertua, saudara dan lain sebagainya. Bahkan, termasuk diri sendiri juga ujian bagi pasangan. Maka harus melihat akhirnya, in the end. Makin dekat atau malah menjauh dari-Nya. Jadi, bagaimana?

Jum'at Terakhir

Pernah liat atau dengar ceramah, nasihat, booster, mungkin lagi scroll timeline terus isi materinya itu kita banget, di momen memang kita membutuhkanya? Pernah kan ya? Saya yakin 100 persen jawabannya pernah. Karena memang sesayang itu Dia, ngasih tanda dimana - mana. Dan itu termasuk nikmat dari-Nya juga. Persis seperti isi khutbah Jum'at kemarin, tumben sekali saya tidak micro sleep terus jadi deep sleep. Bahwa kalau kita menghitung nikmat-Nya, tidak akan pernah ada hasil dari jumlah bilangannya. Kalau pun lautan menjadi tinta, dan ranting-ranting pohon di seluruh dunia ini menjadi pena. Terus kenapa title post ini Jum'at Terakhir? Karena saya sudah lama tidak mendengar perkataan imam Jum'at yang berkata sebelum shalat dilaksanakan : Lurus dan rapatkan shaf, Jum'at ini, Jum'at terakhir kita. Semua jamaah terdiam, bahkan anak - anak kecil yang biasanya punya 'kegiatan tersendiri'. Tidak ada kegiatan di momen itu, khusyuk. Mungkin perkataan Jum'at Terakh...

Melibatkan-Nya

  Berdagang, bekerja adalah sarana melatih tawakal. Menceburkan diri kepada ketidakpastian, mau tidak mau akan mencari tempat bergantung, berkeluh. Mereka yang nekat berdagang, tekun bekerja, berani merelakan tabungannya, akan ketar - ketir lalu khusyuk berdoa. Momen kelemahan, keberserahan ada di dalamnya, hal - hal diluar kendali yang membuat kita mau tidak mau melibatkan-Nya. Pernah, Ndri? Sering! Haha.

Terima Kasih

Hamba tahu, Tuan.. Dihadapan-Mu tidak ada kemustahilan.. Hamba juga sangat mengerti, tapi tetap saja iri.. Karena kekasih Tuan sudah meninggalkan perkataan abadi.. Iri tidak diperbolehkan kecuali terhadap dua orang.   Hamba juga tahu diri, seberapa kapasitas yang hamba miliki.. Betapa banyaknya kesalahan - kesalahan, yang hamba ketahui dan tidak disadari.. Jadi, Tuan.. Terima kasih.