Ini pertanyaan menarik, dan saya sudah selesai dengan diri sendiri sejak umur 20-an. Saya juga sempat 'galau' ketemu orang takut, minder, tidak percaya diri di usia sehabis menyelesaikan pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah. Terus gimana caranya? Mulai dari pertanyaan, kita ini siapa dan mau kemana? Dan saya akhirnya menjalani apa saja yang ada di depan saya saat itu, apa saja. Beneran. Pada suatu titik saya menemukan apa yang saya sukai, lalu tekuni. Karena setiap kita punya kecenderungan, ini sudah ditulis sebelum kita lahir, jauh disana. Dan saya tercerahkan dengan penjelasan 'seseorang' dengan perkataan ini : Kita mau menghadap Tuhan nanti sebagai apa? Presiden? Orang yang mengambil tanggung jawab dalam keluarga ? Orang yang mengurusi urusan orang banyak? Orang biasa saja yang penting tidak merugikan orang lain? Dan lain seterusnya…. Udah, gitu aja. 😌
Di tahun lalu, tepatnya bulan Januari saya mulai aktivitas baru setiap hari Senin dan Rabu jam sepuluh. Sesuai judul, belajar ngaji 'lagi', membaca Al Qur'an sesuai hak - hak hurufnya. Bagaimana dia dibaca sebagaimana mestinya. Serem yak? Awalnya iya, apalagi bagi seseorang yang dari kecil Iqra jilid enam saja nggak tamat - tamat. Tapi syukur alhamdulilah, kok saya enjoy ternyata. Selain memang yang dipakai metodenya beda dari Iqra, ustadz pengajarnya nggak killer - killer amat kek Guru matematika. Haha. "Kita belajar bukan cepet - cepetan tamat, tapi bagaimana kita bisa membaca firman-Nya sesuai asalnya, hak - hak hurufnya. Walau nanti ada yang kurang, tidak mengapa. Yang penting usahanya, effort-nya, berpahala'". Begitu katanya yang sering diulang-ulang di awal - awal pertemuan. Wajar sih, kan satu kelasnya maximal ada delapan sampai sepuluh orang, usia paling muda di kelas saya tujuh belas, paling tua enam puluh keatas. End of the day, di semester dua bul...