Langsung ke konten utama

Pesan



Aku tidak mau pekerjaan apa pun mengganggu waktu shalatku..


Adanya kata-kata itu membekas dan akhirnya menjadi kata yang menjadi kenyataan..

Beragam macam jenis pekerjaan pernah dillakukan..

Tapi tidak bisa juga bisa disebut sebagai pekerjaan..

Jadi assisten montir mobil, assisten tukang nasi goreng, assisten tukang cat, sampai jualan minuman ringan pinggir jalan..

Pernah juga melamar sebuah pekerjaan jadi karyawan dan mungkin akan menjadi satu-satunya lamaran..




Aku tidak mau pekerjaan apa pun mengganggu waktu shalatku..




Rupanya itu semua masih menggangu, kurang elegan dalam menjalankan..

Alhasil jadi penjaga warnet sebagai rentetan pengantar jalan..

Satu tahun adalah waktu yang harus dibayar untuk belajar mengembangkan kemampuan..

Menjadi pekerja bebas, menjadi kepala sampai ekor mengatur waktu dan kapan..




Aku tidak mau pekerjaan apa pun mengganggu waktu shalatku..




Mungkin ini ajang pamer kesolehan..

Tapi aku memandang dari sudut yang berlainan..

Barangkali rangkaian kata ini akan dibaca anak keturunan di hari kemudian..

Melewati ruang digital dan semoga menghujam bathin untuk mencari kedamaian..




Aku tidak mau pekerjaan apa pun mengganggu waktu shalatku..

Komentar

  1. saya sudah dengar kisah itu, sebuah pengalaman yang sangat berharga.

    BalasHapus
  2. @Andrie Whe, aku suka kata2 yg ini => Mungkin ini ajang pamer kesolehan..

    Tapi aku memandang dari sudut yang berlainan..

    *Apa khabar mastah Andrie Whe ?? wah ternyata pernah juga jadi penjaga warnet ya ?? *sama dong hehehee :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah..
      Alhamdulillah mas, apa kabar?

      Iyaa dong, super gaptek waktu itu..heee

      Hapus
    2. @Andrie Whe, alhamdulillah.....hari ini aku (dani kaizen) dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.....

      *salam buat anak2 pesantren bisnis ya.. :-)

      Hapus

Posting Komentar

7 Hari Banyak Dilihat

The Watchman

Dan terjagalah para penjaga malam..  Siap siaga di sudut sunyi..  Terjagalah para penjaga malam.. Bermunajat di gelap sepi.. Jauh dari keramaian..  Berharap ampunan dan lafalkan permintaan.. Image by :  Imanuel Thallinger

Nazarku, Tunai!

Google Adsense Luminate Pokoknya berapa pun nanti uang pertama hasil dari belajar Internet Marketing harus disedekahkan, titik! Yaa, kata-kata itulah yang pernah saya ucapkan... dan Alhamdulillah sekarang sudah terlaksana :) Bagaimana ceritanya? Mau tahu? Tidak? Bodo Amat!.. Ah tetap akan saya tulis :D Permulaan.. Saya mengenal Internet Marketing (selanjutnya saya sebut IM) bermula dari hobi ngeblog, blog walking sana-sini, nulis apa saja di blog pribadi ini. Kebetulan dulu banyak waktu luang karena basicnya operator War-Net, otomatis banyak mengembara di Belantara Google, sekarang juga masih sih :D.. Selanjutnya.. Setelah tahu apa itu IM, untuk lebih fokus saya putuskan Sign Out jadi operator War-Net, beli Netbook + Modem dan mulai 'bertapa'.. :3 kebetulan di rumah buka Konter Pulsa dari sebelum kerja di War-Net, sebenarnya saya jadi operator itu ada tujuannya supaya tahu apa itu komputer dan tahu apa itu Internet (Maklum GAPTEK :D). Jadi soal keuangan

Believe II

Skenario manipulasi melesat.. Dan kini terlihat engkau tersesat.. Lantas bagaimana? Antah berantah semak belukar kebenaran terpendam.. Terbalut debu dan terjaga dalam dekapan biarawan malam.. Engkau harus mendekat membuka mata dan pikiran.. Dan kembali menggigit dengan geraham dua warisan.. Menyetor kekurangan dan penuhi hati dengan cahaya.. Niscaya engkau bisa melihat.. Melihat isi dari segala manipulasi agenda rahasia.. Agenda rahasia yang tidak lagi menjadi rahasia.. Ketika hati percaya kepada janji lama dan pikiran merdeka! Eastearth. Image by :  Callum Baker

The Hearts

Letakkan dunia di telapak tanganmu, jangan taruh ia di dalam hatimu.. Lalu, apakah yang harus ditaruh di dalam hatimu dan hatiku? _________________ Image by  Christos Kaouranis

Niat

Tuan, Engkau yang paling tahu.. Tentang puja - puji, ciptaan-Mu paling rentan tertipu, cenderung untuk itu.. Ridha Tuan, harusnya selalu. Tapi niat bisa terbolak - balik, terbisik oleh si penipu.. Maka, Tuan. Tetapkan hati hamba, untuk selalu, selalu berpihak kepada-Mu.  

Ikuti Kata Hatimu

Sebentar, hati yang bagaimana dulu? Idiom 'ikuti kata hati' hanya berlaku untuk hati yang bersih, bebas dari belenggu. Baru bisa menilai dengan jernih segala sesuatu. Dan, seharusnya hari ini dan seterusnya sudah begitu. Ikuti kata hatimu. Selamat datang wahai hati - hati yang baru. Eid Mubarak!

Itikaf

  Entah sudah berapa kali saya menulis tema ini, tapi akan saya coba ulangi lagi. Barangkali bisa memberikan sedikit arti. Saya mengenal kata ini dari tahun dua ribu tiga belas. Kisah Nabi menghabiskan sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan berdiam diri di Masjid di tahun itu sukses membuat saya tidak mudik ke kampung halaman di hari - hari menjelang lebaran, dari tahun itu, tahun berikutnya dan tentu saja tahun ini. Kenapa? Pertama, tentu saja ingin mengikuti tuntunan Sang Junjungan. Yang pastinya tidak sempurna. Kedua, waktunya jiwa pulang, mencoba mendekat, berusaha dekat dengan Sang Pemilik Jiwa. Ketiga, cara pandang melihat dunia saya telah sangat berubah dengan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk banyaknya aktivitas menjelang lebaran. Bisa kasih contohnya? Wah banyak sekali listnya. Enaknya sih sambil ngobrol menikmati senja. Lah. Yang sederhana, tidak ribet beli baju lebaran, keperluan lebaran dan lain sebagainya. Karena memang sudah disiapkan sebelumnya. Haha. Saya pernah baca ki