Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2025

Prioritas Bahagia

  Kemarin nonton video dari salah satu channel YouTube luar yang isinya menanyakan para expatriate kenapa betah tinggal di Indonesia. Yang saya tonton ini sudah tujuh tahun tinggal di Indonesia. Dia enggan balik lagi ke negara asalnya, Italia. Kenapa? Katanya karena menemukan makna hidup di Indonesia. Hampir bunuh diri karena depresi, tapi syukurlah dia kesini dan tidak jadi. Tepatnya? Disini, tepatnya di Bali. Tapi bukan di Canggu, karena itu sama saja seperti kota negara besar lain. Tapi di sudut pelosok Bali yang belum terlalu terkena modernisasi. Bukan pula Jakarta yang sesak dengan hustle culture-nya. Yang semuanya tentang uang, uang dan uang, katanya. Mereka beragama, tapi lupa atau dilupakan oleh sistem yang ada. Apa? Prioritas bahagia, tidak seperti yang dia alami di Italia sana. Kerja, kerja, kerja lalu (mungkin) bahagia dengan yang dihasilkan di masa tua. Disini, orang mengedepankan bahagia diurutan pertama. Uang diurutan sekian. Mengedepankan hubungan dengan orang - oran...

Point of View

  Ketika Anda gagal jadi orang sukses, sebenarnya Anda sudah sukses jadi orang gagal. Ingat, ini cuma soal merubah sudut pandang saja. Kalau merasa sukses, ingat masih ada yang lebih sukses. Kalau merasa gagal, ingat juga masih ada yang lebih gagal. Ingat, lagi - lagi cuma soal merubah sudut pandang saja. Jadi, hiduplah biasa saja, tidak perlu jumawa ataupun merasa paling nelangsa. Terus bergerak, jangan berharap pada negara. Namanya juga, hidup di dunia cuma sementara.. Akhirat selama - lamanya.. Orang kaya mati, orang miskin mati.. Raja - raja mati, orang biasa mati.. Lah, kok malah nyanyi.

Fatherless

      Di Amerika sana ternyata ada content creator yang fokus buat video mengenai hal - hal apa saja yang biasanya diajarkan seorang ayah ke anaknya. Penontonnya tentu saja rerata anak - anak yang tidak punya figur seorang ayah. Dalam hati, gue banget ini sih bapak, related sekali. Kemana saja selama ini? Hiks. Ah, lebay lu Ndri! Iya, biarin. Sebagai seseorang yang dilahirkan dari orang tua yang bercerai sewaktu usia dua tahunan. Lalu diasuh oleh Ibu, otomatis membuat saya tidak mempunyai sosok ayah, membuat saya tidak tahu rasanya bagaimana jika punya. Untunglah, syukur alhamdulilah Ibu. Memberikan pengetahuan sesosok ayah yang ideal lewat cerita nabi - nabi, orang - orang shaleh. Baik diceritakan langsung ataupun melalui buku. Ya walaupun tidak merasakan langsung, minimal tidak salah figur. Jadi, tulisan ini untuk anakku nanti. Maafkan kalau ayah banyak salah dan tidak begitu mengerti soal bagaimana sebaiknya membesarkanmu, tapi ketahuilah.. Ayah melakukannya dengan sep...

Kekasih-Nya

  Awal mula mengenal kata ini, ketika membaca terjemahan Al Qur'an dan kitab terjemah lainnya. Terutama ketika membahas kisah Nabi - nabi di dalamnya. Agak bingung kenapa hubungan antara Nabi dan Tuhan pakai kata kekasih, seperti pasangan yang sedang jatuh cinta. Maklum pemula, bacaan masih sedikit, kosa kata belum banyak, wawasan belum luas. Tapi makin kesini, makin dewasa, makan banyak asam garam dunia, makin mengerti. Jadi paham, kenapa harus pakai kata kekasih. Karena sejatinya, hubungan Tuhan dan Hamba. Bukan karena berharap surga atau takut neraka. Tapi, karena cinta. Dan ridha.  

Artificial Intelligence

Keresahan yang ini sepertinya belum saya bahas. Padahal sudah semakin akrab berinteraksi dari hari ke hari, iya kan? Chat GPT, Microsoft Copilot, Gemini, Meta AI dan lain sebagainya. Banyak pekerjaan yang bisa digantikan olehnya. Apakah masa depan seperti film Terminator, The Matrix? Eh kejauhan, nggak nyampe, keburu ada meteor ngehantam Bumi dan menimbulkan EMP / medan elektromagnetik energi tinggi yang mengakhiri peradaban yang serba tergantung listrik di Bumi. Sotoy lu Ndri! Nggak percaya ya sudah. Hihi. Tapi tulisan itu bukan tentang itu, tapi tentang apa bisa Artificial Intelligence menggantikan penulis? Bisa, tapi tidak ada 'rasa' khas dari tulisan penulis. Dia bisa menyalin, meniru dan membuat gaya tulisan baru. Tapi tetap 'rasa' dari emosi, resah, gelisah sebuah tulisan asli penulis tidak bisa dibuat baku. Bagaimana menurutmu?